Pada tahun 1927, kapten C. C. Küpfer dan letnan J. W. J. van Walraven melakukan survei mengenai pembuatan jalur penerbangan ke Sumatra. Sejumlah lokasi lapangan terbang di Sumatra Timur disurvei untuk membuat jalur penerbangan antara Jawa dan Deli. Dari hasil survei tersebut, untuk jalur Jakarta - Medan direncanakan dibangun di Pekanbaru, Kota Pinang, dan Kisaran dan untuk jalur Singapura - Medan direncanakan dibangun di Bengkalis, Bagansiapiapi, dan Tanah Putih.
Berdasarkan laporan tersebut, telah diputuskan untuk membangun lokasi lapangan terbang menengah di Pekanbaru dan lokasi lapangan terbang darurat di Kisaran, Rantauprapat dan Kota Pinang. Lapangan terbang menengah dibangun di Pekanbaru dengan maksud bahwa ketika ada banyak angkutan pos dan penumpang, pesawat dari Medan tidak harus mengisi banyak bahan bakar untuk penerbangan non-stop ke Palembang supaya bisa mendarat di Pekanbaru untuk mengisi bahan bakar baru.
Tanah di Pekanbaru dipilih karena tanah di Bagansiapiapi dikhawatirkan terlalu lunak, sedangkan di Tanah Putih tanah terdiri dari pasir kering bercampur tanah liat, tetapi sudah rusak. Negosiasi dilakukan dengan BPM di Bengkalis untuk pembelian tanah, yang sebagian besar merupakan petak prasarana dari perusahaan tersebut. Lapangan terbang ini direncanakan berukuran diameter 600 meter dan ruang bebas selebar 200 meter dan cukup datar. Biaya konstruksi diperkirakan mencapai 30.000 Gulden.
Aerial view of Airfield at Pakanbaroe (Foto udara Lapangan Terbang Pekanbaru).
Tahun:
- |
Lokasi dan peta Lapangan Terbang Pekanbaru. Tahun: - Sumber: SkyscraperCity: chelseanumber8 (https://www.skyscrapercity.com/threads/pku-sultan-syarif-kasim-ii-intl-airport-pekanbaru-riau-3-0.1468168/page-11) |
Pada bulan Februari 1930, Dr. W. L. Groeneveld Meyer, Kepala Kantor Penerbangan Departemen Perusahaan Pemerintah, didampingi oleh insinyur BOW (Pekerjaan Umum) pertama, Mr. Valkenburg, mengunjungi bandara Pekanbaru. Bandara belum disetujui secara definitif, karena 150 sampel tanah pertama harus dikirim ke Jakarta. Setelah diselidiki oleh para ahli, keputusan akan dibuat. Karenanya otorisasi tidak dapat diberikan. Sejak Maret dan seterusnya, 120 pekerja secara teratur bekerja untuk meratakan lapangan terbang.
Untuk uji coba penerbangan direncanakan berlangsung pada hari Selasa tanggal 16 September 1930. Karena Lapangan Terbang Pekanbaru belum sepenuhnya tertata, maka uji coba penerbangan ditunda dulu.
Akhirnya, pada hari Sabtu tanggal 20 September 1930, dilakukan uji coba penerbangan dari Jakarta ke Medan. Pesawat yang digunakan adalah pesawat Fokker F.VIIb 3 motor dengan kode registrasi PK-AFD. Pesawat berangkat dari Cililitan (kini Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma) pada pukul 5.30 pagi dan sampai di Pekanbaru pada pukul 1 siang. Area pendaratan ternyata dalam kondisi sangat baik. Ada lusinan orang Eropa dan ratusan penduduk setempat termasuk Sultan Syarif Kasim II dan Permaisuri Syarifah Fadloen beserta rombongan yang menyaksikan pendaratan tersebut. Pesawat terbang kembali pada pukul 1.45 siang menuju Medan.
Peresmian Lapangan Terbang Pekanbaru oleh Sultan Syarif Kasim II bersama Permaisuri Syarifah Fadloen.
Tanggal:
20 September 1930 |
Pada hari Sabtu tanggal 27 September 1930, Layanan Penerbangan Jakarta - Palembang - Pekanbaru - Medan dan sebaliknya resmi dibuka dengan harga tiket untuk sekali jalan sebesar 225 Gulden dan untuk pulang pergi (paling lama 6 minggu) sebesar 400 Gulden.
Iklan Penerbangan Jakarta - Palembang - Pekanbaru - Medan
Tahun:
1930
Sumber:
Delpher (https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010361899:mpeg21:a0014). Koran: De Sumatra post; Tanggal: 23-09-1930 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar